Pamekasan (beritajatim.com) - Sejumlah peserta pelatihan kewirausahaan (Enterpreneur) mendatangi Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Pamekasan, Senin (28/04/2014).
Mereka mengaku dibohongi atas ketidakjelasan nasib peserta pelatihan kewirausahaan (Enterpreneur) pada pelaksanaan Young Enterpreneur Competition (YEC) Februari 2014 lalu.
Bahkan dalam acara yang diikuti sekitar 600 peserta tersebut, juga dilakukan penyaringan peserta dengan sistem rangking, mulai dari 50 besar hingga 10 besar tersebut. Serta dijanjikan bantuan modal usaha sesuai dengan proposal yang diajukan, namun hingga saat ini masih belum ada kejelasan.
Salah satu peserta pelatihan, yang juga juru bicara audiensi, Ali Wahdi mengatakan, ketidakjelasan nasib peserta yang masuk 50 besar diawali dengan tidak adanya rangking. Bahkan modal yang dijanjikan sebesar Rp 3 juta untuk masing-masing peserta juga tidak jelas. "Yang paling tidak masuk akal. Kenapa di acara pengembilan keputusan, Dinsos (Dinsosnakertrans) justru mengaku tidak tahu. Ini kan aneh," kata Wahdi.
Wahdi menambahkan, selama pelaksanaan yang menghabiskan dana dari APBD sebesar RP 400 juta. Namun hingga saat ini tidak ada laporan penggunaanya. "Artinya dalam sehari acara itu menghabiskan dana Rp 100 juta, dan hingga saat ini untuk apa saja dana itu masih belum jelas," imbuhnya.
Lebih lanjut Wahdi menjelaskan, banyaknya sponsor yang menyokong kegiatan tersebut tidak memberikan kontribusi konkrit. Sebab tidak ada sumbangan dana yang masuk ke kepanitiaan. "Kita tidak dapat apa-apa, kita dimanfaatkan, aneh. Mestinya kerja sama dengan BPWS informasinya kita dapat uang Rp 100 juta. Tetapi Dinsos tidak tahu, bahkan dari pihak sponsor tidak mendapatkan apa-apa. Lalu kemana dana itu," jelasnya.
Selain itu, pihaknya merasa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menarik simpati dan kepentingan investor. "Acara ini amburadul, kita dimanfaatkan oleh Pemkab (Pamekasan) untuk kepentingan investor masuk ke Pamekasan," terangnya.
Sementara, Kepala Dinsosnakertrans Pamekasan, Alwalid memastikan peserta yang masuk 50 besar akan mendapatkan bantuan berupa alat, bukan uang dalam bentuk cash. Bahkan disesuaikan dengan proposal usaha yang telah diajukan oleh masing-masing peserta. "Yang jelas dana stimulan berupa barang itu ada, bukan berbentuk dana. Tetapi berupa alat sesuai kemampuan usaha dia yang ditekuni," jelas Alwalid.
Pihaknya juga membantah tudingan penggunaan biaya penyelenggaraan yang bersumber dari APBD sebesar Rp 400 juta untuk empat hari. Bahkan juga tidak mengetahui adanya dana dari pihak sponsor. "Bukan cuma empat hari, sampai sekarang masih ada bimibngan untuk menentukan sepuluh besar," pungkasnya. [pin/ted]
Rating: 100% based on 975 ratings. 91 user reviews.