Bangkalan (beritajatim.com) – Setelah sukses melakukan program air bersih di Desa Bandangdajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) mengembangkan program konservasi sumber daya air melalui penggunaan biopori.
“Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan yang bermanfaat untuk meningkatkan daya resapan air, meningkatkan kualitas serta kuantitas air tanah, bahkan mengatasi banjir,” kata Ulika Triyoga, Lead of Field External Relation &CD PT PHE WMO, Rabu (29/4/2015).
Pencanangan program konservasi sumber daya air melalui bipori ini dilakukan berbarengan dengan pengajian akbar untuk memperingati 10 tahun terbentuknya HIPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) di Desa Bandangdajah.
Hadir pada kegiatan ini Dandim 0829/Bangkalan Letkol (Inf) Istanto, S.H dan
Rektor Universitas Trunojoyo Madura Dr. Moh. Syarif. Dalam kegiatan yang melibatkan anggota Kodim Bangkalan dan mahasiswa Universitas Trunojoyo Bangkalan ini berhasil dibuat 105 lubang biopori di halaman rumah-rumah warga Desa Bandangdaja.
Selain itu juga telah ditanam 160 bibit buah-buahan seperti Jambu Citra, Jambu Degus, Durian, Manggis dan Mangga) dan tanaman keluarga (Cabai, Rosella, Terong, Selada, dll), serta Bibit Pohon Mahoni.
“Untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana, PHE WMO bersama Tim PS2EKP – FP UTM akan melakukan pendampingan dan pemeliharaan biopori bagi warga Desa Bandangdaja. Targetnya terbangunnya 200 lubang biopori di desa ini,” jelasnya.
Dijelaskan, program HIPAM di Desa Bandangdajah yang telah dikelola secara mandiri oleh warga bisa melayani kebutuhan 400 KK. Program itu kini sudah menyebar ke dua desa lainnya yakni Desa Tanjungbumi dan Desa Telaga Biru di Kec. Tanjungbumi, Bangkalan.
“Lewat program biopori diharapkan dapat menjaga kelestarian air baik secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas air sehingga kebutuhan air bersih masyarakat dapat terus terpenuhi,” tambah Ulika.
Ulika memaparkan, selain meningkatkan daya sesapan air, keberadaan biopori bisa mendorong pemanfaatan sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (Co2 dan Metan).
“Biopori dapat meningkatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, serta dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air, seperti timbulnya penyakit Demam Berdarah. Program ini sangat cocok untuk masyarakat,” katanya.
Selain melibatkan HIPAM dan anggota masyarakat pemakai air lainya, dalam program biopori ini PHE WMO bekerja sama dengan Pusat Studi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Univesitas Trunojoyo Madura (PS2EKP – FP UTM).
“Program pengembangan konservasi sumber daya air melalui biopori tidak dapat dilakukan secara parsial dan insidental, karena itu perlu dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. Itulah mengapa butuh dukungan banyak pihak,” katanya. [kun]
Rating: 100% based on 975 ratings. 91 user reviews.