Surabaya (beritajatim.com) - RSU dr Soetomo Surabaya menyatakan siap memenuhi permintaan BPJS Watch Jatim untuk menangani pasien bayi penderita penyakit Atresia Bilier (kelainan fungsi hati dan ginjal) semaksimal mungkin.
Bayi itu bernama Safiyah Nailah, asal Mojokerto yang dirawat di IRNA Anak, Ruang Bona, RSU dr Soetomo Surabaya.
"Kasusnya memang untuk atresia bilier sulit dan harus dioperasi. Tim dokter akan mengkondisikan tubuh pasien agar stabil untuk menghadapi operasi," tegas Direktur RSU dr Soetomo Surabaya, dr Dodo Anondo MPH ketika dikonfirmasi, Kamis (30/4/2015).
Pihaknya menyatakan RS berkomitmen merawat dan memberikan pelayanan medis untuk penderita atresia bilier sebaik-baiknya, tetapi memang terkendala bahwa atresia bilier adalah tergolong penyakit yang pelik dan kompleks.
Atresia bilier adalah kelainan bawaan yang tidak dapat sembuh dengan obat. Penanganan atresia bilier memerlukan tahapan tindakan yaitu diagnostik, operasi Kasai dan transplantasi hati. Di Indonesia rata-rata 500 bayi lahir setiap tahunnya terkena penyakit ini dan banyak yang tidak tertolong akibat akses kesehatan yang sulit.
Jumlah pasien atresia bilier pada bulan April 2015 yang rawat inap dan rawat jalan di RSU dr Soetomo dalam monitoring BPJS Watch Jawa Timur sebanyak lima bayi yang berasal dari warga miskin dan tidak mampu.
Seperti Bayi Safiyah, usia 7 bulan dari Kota Mojokerto yang kondisinya begitu memprihatinkan saat ini berat badannya hanya 4 kg dan mengalami panas tinggi. Bayi-bayi tersebut sudah sampai tahapan perlu tindakan operasi transplantasi hati, pasien perlu stabilisasi yaitu kondisi yang baik untuk persiapan transplantasi hati. Pasien perlu diberikan obat, antibiotik, vitamin dan nutrisi serta pemeriksaan lab lengkap secara kontinyu.
"Sebagian besar bayi penderita atresia bilier mengalami komplikasi penyakit lainnya seperti paru-paru, jantung dan ginjal sehingga perlu penanganan yang intensif," jelasnya.
Menurut Koordinator BPJS Watch Jatim Jamaluddin, bayi penderita penyakit atresia bilier adalah anak bangsa yang harus diselamatkan. Konstitusi menjamin hak hidup dan hak atas kesehatan. "Negara harus hadir untuk menolong dan menyelamatkan. Mereka tidak boleh lagi mengabaikan dan membiarkan," tuturnya.
Relawan BPJS Watch Jatim telah mendatangi RSU dr Soetomo Surabaya pada Rabu (29/4/2015) kemarin. Relawan ingin mengetahui perkembangan penanganan bayi penderita atresia bilier yang tengah dirawat. Tim BPJS Watch Jatim didampingi anggota Komisi E DPRD Jawa Timur Agatha Retnosari yang menjenguk pasien dan menemui jajaran direksi dan dokter yang terkait.
"Umumnya penderita terlambat berobat, 80 persen bayinya telah berusia lebih dari 2 bulan sehingga sulit dilakukan tindakan operasi kasai. Masyarakat umum menganggap atresia bilier hanya sekedar gejala penyakit kuning biasa sehingga tidak antisipatif," jelasnya.
BPJS Watch Jatim meminta RSU dr Soetomo terus memberikan pelayanan medis yang terbaik dengan mengutamakan keselamatan pasien. Kemudian, menuntut biaya pengobatan penderita atresia bilier ditanggung negara sepenuhnya yaitu secara bersama Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, pemerintah daerah dan Rumah Sakit.
"Kami juga mendesak Menteri Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Jaminan Pengobatan terhadap Penderita Atresia Bilier. Negara juga harus membangun pusat penanganan terpadu atresia bilier dan penyakit hati lainnya di RSU dr Soetomo, sebagai rujukan Indonesia Timur dan regional Jatim," imbuhnya.
Ke depan, pemerintah juga harus menambah jumlah tenaga kesehatan untuk menangani atresia bilier agar lebih optimal dan intensif. Yaitu, terdapat tim dokter ahli Bedah Digestif, Bedah Vaskuler, Gastro-Hepatologi Anak, Pediatrik Gawat Darurat, Anestesi, Radiologi, Patologi Anatomi, patoloi klinis dan gizi.
"Mendesak pemerintah melakukan penyuluhan kesehatan dan sosialisasi secara preventif terhadap ibu hamil agar menjaga gizi dan kesehatannya. Serta, dilakukan screening terhadap bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning," pungkasnya. (tok/ted)
Rating: 100% based on 975 ratings. 91 user reviews.